Selasa, 01 Januari 2019

Korban Tsunami Selat Sunda

Korban Tsunami Selat Sunda terus berjatuhan. Sampai dengan 25 Desember 2018 tercatat ada sebanyak 429 orang meninggal dunia akibat tsunami yang melanda pandeglang dan Lampung. BNPB badan nasional penanggulangan ebncana menyatakan pihaknya akan terus fokus terhadap proses evakuasi dan juga pencarian korban akibat dari dampak tsunami yang terjadi di selat sunda.
Korban Tsunami Selat Sunda
Korban Tsunami Selat Sunda

Badan nasional penanggulangan bencana menerangkan bahwa hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 13.00 WIB dilaporkan sebnayak 429 orang meninggal dunia, 1.485 orang mengalami luka - luka, 154 korban belum ditemukan, dan sebanyak 16.082 orang mengungsi akibat terjangan tsunami yang menyerag selat suda pada hari sabtu tanggal 22 Desember 2018 yang lalu.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa dikarenakan masih banyaknya korban yang dilaporkan hilang, maka fokus utama BNPB adalah mengevakuasi dan juga mencari korban yang hilang. Selain itu juga, BNPB fokus pada korban yang mengalami luka - luka, penanganan pengungsi dan juga perbaikan darurat pada sarana prasarana umum.

Erupsi Gunung Anak Krakatau

Erupsi Gunung Anak Krakatau masih terjadi dan membahayakan penerbangan. Hal itulah yang dinyatakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. BMKG menyatakan bahwa erupsi yang terjadi pada anak gunung krakatau sangat membahayakan penerbangan shingga dapat menyulitkan pengecekan secara langsung yang akan dilakukan oleh Badan meteorologi, Klimatologi, dan geofisika melalui udara.
Erupsi Gunung Anak Krakatau
Erupsi Gunung Anak Krakatau

Maka, untuk smeentara itu, pemantauan kondisi erupsi gunung anak krakatau akan dilakukan melalui satelit himawari. Dwikorita Karnawati , Kepala BMKG menerangkan bahwa sampai dau kali ini pihaknya hampir mencapai gunung anak krakatau namun dikarenakan awan yang tebal dan pada hari pertama kaca pesawt terkna partikel dari abu erupsi gunung anak krakatau.

Sehingga pihaknya bersama TNI menyatakan bahwa partikel debu erupsi tersebut dapat membahayakan mesin pesawat, maka pihaknya dan TNI memutuskan untuk segera kembali. Sebelumnya, BMKG bersama TNI tengah berusaha untuk memeriksa secara langsung kondisi terkini dari tebing kawah gunung anak krakatau yang mengalami erupsi. Namun, dikarenakan material vulkanik dan abu yang dikeluarkan akibat erupsi menyebabkan pesawat kesulitan untuk mendekati.